Silvy
07 Januari 2011


Pagi hari diawali dengan psikosomatis yang sudah berlangsung selama 2 hari berturut-turut. Mual sudah menemaniku selama 2 hari tanpa penyebab yang jelas. 
Setelah ku telusuri, aku menyadari hal itu disebabkan oleh kecemasanku yang teramat besar ketika hendak bertemu dengan pria yang menjadi pujaan hatiku. Setelah melakukan sebuah kesalahan di tanggal 5 kemarin, hatiku sangat cemas apabila hendak bertemu dengannya. Apakah hari itu akan berlangsung dengan baik? Atau akan ada lagi kah pertengkaran diantara kami di hari itu?
Semalam sebelumnya, tanggal 6 Januari, aku menulis sebuah diary virtual. Aku mengungkapkan banyak hal yang aku rasakan terhadapnya. Betapa aku takut untuk mengkomunikasikan perasaanku, dan kesedihanku akibat tembok yang ia bangun di antara kami berdua.

Aku mengirim tulisanku itu melalui email kepadanya. Tidak darinya ada tanggapan saat itu.

Tanpa ada tanggapan langsung darinya, hariku diawali seperti yang telah ku tuliskan di atas. Psikosomatis. 

Pagi itu, aku datang lebih awal. Aku langsung menuju tempat biasa aku menunggu di pagi hari. Tempat penuh kenangan manis cintaku dengannya. Lantai 5 gedung C di kampusku.
Sesaat aku mengingat kembali semua memori tentang kami. Isak tangis tak dapat ku bendung lagi. Rasa sakit di hatiku kian meradang. Perih. Terluka. 

Lagu "Teruskanlah" yang dilantunkan oleh Agnes Monica sempat menjadi Theme Song kisah cintaku saat itu.
Aku tidak mengenal pria yang katanya adalah kekasihku. Ia bukan pria yang dulu memintaku menjadi kekasihnya. Ia adalah orang yang berbeda dalam rupa yang sama. Hatiku sungguh perih. Kesalahan apa yang aku perbuat hingga ia berubah sedemikian drastisnya?
Saat itu, rasanya hari-hariku kian menggelap. Bintang kecilku telah meredup. Pancaran sinarnya hilang entah kemana.


Tak lama kemudian, ia datang ke tempatku sesuai dengan permintaanku. Aku menyembunyikan tangisku. Melihatnya saja sudah membuat hatiku bak teriris pisau. 



Kami menghabiskan waktu bersama pagi itu. Masih ada kesedihan yang tertinggal, sampai ia menyadari aku tengah menangis. Ia menanyakan hal itu, tapi tidak aku beri penjelasan. Akhirnya ia tidak membahas hal itu lagi. Ia melanjutkan makannya dan aku tetap pada kegiatan awalku, memperhatikan dirinya sambil berkutat dengan pikiran dan hatiku. Aku berusaha membuang pikiran negatifku, dan meyakinkan diriku sendiri bahwa ia sungguh mencintaiku.
Seusai makan, tidak banyak kata-kata yang kami ucapkan. Namun sentuhan-sentuhan yang ia berikan, sorot mata yang ia pancarkan, dan kejahilan kecil yang ia lakukan sungguh terasa berarti bagiku.
Entah kenapa saat itu, tidak ada jarak seperti biasa, aku seolah menemukan kembali pria yang dulu memintaku untuk jadi kekasihnya. Pria yang membuatku jatuh hati.
Aku rasa Tuhan mendengar doaku semalam. Ia mengembalikan pria ini kepadaku.


Hari itu berjalan sangat menyenangkan. Aku sungguh bahagia karenanya.

Canda tawa, tatapan sayang, serta sentuhan-sentuhan kelembutan darinya kembali kurasakan. Aku sangat berharap kondisi ini terus menetap. 
Sudah cukup aku mendapat "hukuman" darinya. Jangan hukum aku lagi dengan jarak apalagi tembok antara aku dan dirinya.
Akan ku akhiri segala kekhilafanku. 
Aku sadar sepenuhnya, hanya dirinya lah yang aku inginkan. 
Aku mencintainya. 
Tidak ada kata lain yang dapat kuucap.
Labels: | edit post
1 Response
  1. Anonim Says:

    Somehow, cinta itu kaya energy drink yak..pada kondisi tertentu itu bisa buat loe berenergi dan berasa bisa melakukan apapun.. tapi di sisi lain, terutama saat kebanyakan minumnya, itu sangat ga baik bagi kesehatan.. SO, jaga kadarnya aja..

    hmmmm... btw, soal surat itu, pasti idenya si Jessot ya.. Dah lama banget gwa ga liat loe n ngobrol sama loe di dunia maya..

    SEMANGAT PY!!!