Silvy
Sudah lama sepertinya gw tidak menulis di blog ini. Rasanya waktu berlari sangat cepat hingga gw harus terus berlomba dengannya. Tapi gw rasa tidak ada salahnya, membiarkan waktu bergulir sendiri sementara gw mengabadikan momen yang cukup berharga buat gw ini dalam sebuah tulisan.

Tepat 6 bulan yang lalu, pria yang menjadi sahabatku memintaku untuk menjadi kekasih hatinya. Saat itu rasanya bagai tersiram air dingin di siang hari yang sangat panas. Kaget, sejuk, senang, bingung, semua bercampur menjadi satu dalam benak dan hatiku. Masih tergambar jelas dalam benakku, momen di siang hari itu. Aku dan dirinya sedang mengerjakan modul untuk UTS Pelatihan bersama dengan kelompok kami. Tak terbayang sedikit pun dalam benakku, ia akan melakukan hal lucu dan membahagiakan ini.
Saat itu secara tiba-tiba, ia meminta ijin untuk pergi sebentar menemui seorang teman di lantai 6. Posisi kami saat itu, sedang duduk di selasar lantai 5. Aku membiarkannya pergi dan memutuskan untuk tetap mengerjakan modul bersama dengan teman-temanku yang lain. Tidak ada yang sadar telah terjadi sesuatu di antara kami saat itu. Layaknya dua sahabat yang telah berteman sejak semester 1, kami memang cukup dekat saat itu.
Tak lama setelah ia pergi, ada sms yang masuk ke HP ku. Ternyata dari dirinya. Ia memintaku naik ke atas karena seseorang ingin menemuiku. Ku pikir, temannya yang waktu itu pernah aku bantu mengerjakan tugas kuliah. Aku naik ke tempat yang ia minta. Lantai 6, di selasar dekat toilet dan ruang dosenku. Aku menunggu beberapa saat, karena tidak ada siapapun di sana.
Sampai akhirnya, dengan pakaian super rapi ia menghampiriku dengan membawa sebuah nampan rotan kecil berisi penuh dengan potpourri dengan 1 buah wewangian mobil berbentuk pohon. Dengan langkah yang cukup mantap, ia menghampiriku yang saat itu mungkin sangat kaget dibuatnya. Perlahan ia mengutarakan maksud perbuatannya. Berawal dari puisi yang aku post di situs jejaring sosialku. Puisi itu memang kutujukan untuknya. Ungkapan isi hatiku yang hanya bisa menyayanginya dalam diam. Dalam puisi itu, kuumpamakan diriku sebagai sebatang pohon yang selalu menemani sosok manusia yang selalu datang menghampirinya. Menceritakan kegundahannya akibat sesosok wanita yang pernah memiliki hatinya.
Kekacauan terjadi dalam emosiku. Senang, takut, terkejut, tidak percaya, saat itu bercampur dalam ekspresiku. Aku tidak bisa berpikir. Ia tidak mengijinkan aku untuk memberikan jawaban di lain waktu.
Aku sungguh merasa bingung. Aku sangat menyayanginya. Di lain pihak, aku tahu beberapa waktu lalu ia masih bersikeras menunggu wanita yang selalu membuat dirinya gundah. Rasanya benar-benar tak karuan.
Namun, bagaimanapun juga aku tetap menerima permintaannya. Hal yang tak pernah aku sangka sebelumnya.

Selama menjalani 1 bulan pertama, rasanya seperti ada di Surga. Semua terasa indah. tapi tidak begitu ketika memasuki bulan ke 2 dan ke 3. Mulai banyak air mata yang mengalir. Pertengkaran nyaris rutin terjadi. Aku pun mulai goyah dan ragu akan keputusan yang pernah diambil. Rasanya seperti berpacaran dengan orang yang tidak aku kenal sebelumnya. Tetapi, aku memutuskan untuk tetap bertahan, meskipun tidak jarang muncul godaan untuk menyerah.
Setelah melewati fase-fase mengerikan itu, perlahan-lahan hubungan kami seperti masuk ke tahap yang lebih stabil. Tidak terlalu menggebu-gebu seperti bulan pertama, tidak juga terlalu kering seperti bulan ke 2 dan ke 3. Kami mulai bisa saling beradaptasi. Saling menyesuaikan kebutuhan masing-masing. Mulai memahami sedikit demi sedikit satu sama lain dan membawa hubungan kami ke track yang lebih santai.
Ada perasaan cukup senang ketika di masa-masa kami yang sangat sibuk ini, kami bisa menjalani hubungan kami dengan lebih bijak. Pertengkaran bukannya tidak pernah terjadi lagi, hanya hal itu tidak lagi menggoyahkan perasaan yang ku miliki.

Enam bulan ini, sungguh sebuah proses belajar yang penuh makna bagiku. Tanpa keberadaan dirinya dalam hari-hariku, mungkin aku tidak pernah belajar untuk hidup bersama orang lain dengan lebih intense. Aku juga tidak pernah belajar untuk menyadari ada seseorang yang turut berperan penting dalam hidupku selain keluarga.
Dan karena dirinyalah, aku bisa kembali belajar mencintai dan mempercayakan hatiku kepada orang lain yang sangat mungkin untuk mengoyaknya.

Di momen yang sangat berharga ini, aku berharap kami terus dapat menjalin tali cinta kami agar menjadi untaian kasih yang indah dan berharga bagi kami. Agar cinta yang kami miliki tetap dapat bertumbuh dan terus membantu kami untuk saling mengembangkan diri. Semoga kami dapat terus bersama membangun cinta kami di atas dasar kasih Ilahi yang terus menyertai perjalanan cinta kami ini.
0 Responses